Selasa, 02 Maret 2010


Ia memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, terlahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Orangtuanya bernama Khaththab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara yang haq dan bathil.

Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

Sebelum Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang ia katakan sendiri, "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".

Mabuk-mabukan juga merupakan hal yang umum dikalangan kaum Quraish. Beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali. Tetapi, setelah masuk Islam, belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas. Sehingga ada kisah, Pada malam hari, Umar bermabuk-mabukkan sampai Subuh. Ketika waktu Subuh tiba, beliau pergi ke masjid dan ditunjuk sebagai imam. Ketika membaca surat Al-Kafirun, karena ayat 3 dan 5 bunyinya sama, setelah membaca ayat ke 5, beliau ulang lagi ke ayat 4 terus menerus.[rujukan?] Akhirnya, Allah menurunkan larangan bermabuk-mabukkan yang tegas.
[sunting] Memeluk Islam

Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi Muhammad SAW, Umar mengambil posisi untuk membela agama tradisional kaum Quraish (menyembah berhala). Pada saat itu Umar adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya.

Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.

Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur'an (surat Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur'an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.
[sunting] Kehidupan di Madinah

Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yatsrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia adalah salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad SAW

Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad.
[sunting] Kematian Muhammad SAW

Setelah sakit dalam beberapa minggu, Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin tanggal 8 Juni 632 (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah), di Madinah.

Persiapan pemakamannya dihambat oleh Umar yang melarang siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Ia berkeras bahwa Nabi tidaklah wafat melainkan sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. (Hayatu Muhammad, M Husain Haikal)

Abu Bakar yang kebetulan sedang berada di luar Madinah, demi mendengar kabar itu lantas bergegas kembali. Ia menjumpai Umar sedang menahan muslim yang lain dan lantas mengatakan.

"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."

Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an :

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (surat Ali 'Imran ayat 144)

Umar lantas menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
[sunting] Masa kekhalifahan Abu Bakar

Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk menggantikannya.
[sunting] Menjadi khalifah

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk shalat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk shalat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia shalat.

Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin dan dianiaya.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
[sunting] Kematian

Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan memimpin shalat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.

PERANG SALIB (1095 – 1291 M)

Sebab-sebab Terjadinya Perang Salib

Sejumlah ekspedisi militer yang dilancarkan oleh pihak Kristen terhadap.kekuatan muslim dalam periode 1096 – 2073 M. dikenal sebagai perang salib. Hal ini disebabkan karena adanya dugaan bahwa pihak Kristen dalam melancarkan serangan tersebut didorong oleh motivasi keagamaan, selain itu mereka menggunakan simbol salib. Namun jika dicermati lebih mehdalam akan terlihat adanya beberapa kepentingan individu yang turut mewarnai perang salib ini. Berikut ini adalah beberapa penyebab yang turut melatarbelakangi terjadinya perang salib.

Pertama, bahwa perang salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri barat dan negeri timur, jelasnya antara pihak Kristen dan pihak muslim. Perkembangan dan kemajuan ummat muslim yang sangat pesat, pada akhir-akhir ini, menimbulkan kecemasan tokoh-tokoh barat Kristen. Terdorong oleh kecemasan ini, maka mereka melancarkan serangan terhadap kekuatan muslim.

Kedua, munculnya kekuatan Bani Saljuk yang berhasil merebut Asia Kecil setelah mengalahkan pasukan Bizantium di Manzikart tahun 1071, dan selanjutnya Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan dinasti Fatimiyah tahun 1078 M. Kekuasaan Saljuk di Asia Kecil dan yerusalem dianggap sebagai halangan bagi pihak Kristen barat untuk melaksanakan haji ke Bait al-Maqdis. padahal yang terjadi adalah bahwa pihak Kristen bebas saja melaksanakan haji secara berbondong-bondong. pihak Kristen menyebarkan desas-desus perlakuan kejam Turki Saljuk terhadap jemaah haji Kristen. Desas-desus ini membakar amarah umat Kristen-Eropa.

Ketiga, bahwa semenjak abad ke sepuluh pasukan muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di lautan tengah. Para pedagang Pisa, Vinesia, dan Cenoa merasa terganggu atas kehadiran pasukan lslam sebagai penguasa jalur perdagangan di laut tengah ini. Satu-satunya jalan untuk memperluas dan memperlancar perdagangan mereka adalah dengan mendesak kekuatan muslim dari lautan ini”

Keernpat, propaganda Alexius Comnenus kepada )aus Urbanus ll. Untuk membalas kekalahannya dalam peperangan melawan pasukan Saljuk. Bahwa paus merupakan sumber otoritas tertinggi di barat yang didengar dan ditaati propagandanya. Paus Urbanus II segera rnengumpulkan tokoh-tokoh Kristen pada 26 November 1095 di Clermont, sebelah tenggara Perancis. Dalam pidatonya di Clermont sang Paus memerintahkan kepada pengikut kristen agar mengangkat senjata melawan pasukan musim.

Tujuan utama Paus saat itu adalah memperluas pengaruhnya sehingga gereja-gereja Romawi akan bernaung di bawah otoritasnya. Dalam propagandanya, sang Paus Urbanus ll menjanjikan ampunan atas segala dosa bagi mereka yang bersedia bergabung dalam peperangan ini. Maka isu persatuan umat Kristen segera bergema menyatukan negeri-negeri Kristen memenuhi seruan sang Paus ini. Dalam waktu yang singkat sekitar 150.000 pasukan Kristen berbondong-bondong memenuhi seruangsang Paus, mereka berkumpul di Konstantinopel. Sebagian besar pasukan ini adalah bangsa Perancis dan bangsa Normandia.

Jalannya Peperangan

Perang salib yang berlangsung dalam kurun waktu hampir dua abad, yakni antara tahun 1095 – 1291 M., terjadi dalam serangkaian peperangan.

Perang Salib 1

Pada tahun 490 H/1096 M. sebuah pasukan salib yang dipimpin oleh komandan Walter dapat ditundukkan oleh kekuatan Kristen Bulgaria. Kemudian Peter yang mengkomandoi kelompok kedua pasukan salib bergerak melalui Hungaria dan Bulgaria. Pasukan ini berhasil menghancurkan setiap kekuatan yang menghalanginya. Seorang sultan negeri Nice berhasil menghadapinya bahkan sebagian pimpinan salib berkenan memeluk lslam dan sebagian pasukan mereka terbunuh dalam peperangan ini.

Setahun kemudian yakni pada tahun 491 H/1097 M. pasukan Kristen di bawah komandan Coldfrey bergerak dari Konstantinopel menyeberangi selat Bosporus dan berhasil menaklukkan Antioch (Antakia) setelah mengepungnya selama 9 bulan. Pada pengepungan ini pasukan salib melakukan pembantaian secara kejam tanpa prikemanusiaan.

Setelah berhasil menundukkan Antioch, pasukan salib bergerak ke Ma’arrat al-Nu’ man, sebuah kota termegah di Syria. Di kota ini pasukan Salib juga melakukan pembantaian ribuan orang. Pasukan salib selanjutnya menuju ke Yerusalem dan dapat menaklukkannya dengan mudah. Ribuan jiwa muslirn menjadi kurban pembantaian dalam penaklukan kota Yerusalern ini. “Tumpukan kepala, tangan dan kaki terdapat disegala penjuru jalan dan sudur kota”. Sejarah telah menyaksikan sebuah tragedi manusia yang memilukan. Goldfrey selanjutnya menjabat sebagai penguasa atas negeri Yerusalem. Ia adalah penguasa yang cakap, dan komandan yang bersemangat dan agresif.

Pada tahun 503 H/1109 M., pasukan salib menaklukkan Tripoli. Mereka selain membantai masyarakat Tripoli juga membakar perpustakaan, perguruan dan sarana industri hingga menjadi abu.

Selama terjadi penyerangan di atas, kesultanan Saljuk sedang dalam kemunduran. Perselisihan antara sultan-sultan Saljuk memudahkan pasukan salib merebut wilayah-wilayah kekuasaan islam. Dalam kondisi seperti ini muncullah seorang sultan Damaskus yang bernama Muhammad yang berusaha mengabaikan konflik internal dan menggalang kesatuan dan kekuatan Saljuk untuk mengusir pasukan salib. Baldwin, penguasa Yerusalem pengganti Goldfrey, dapat dikalahkan oleh pasukan Saljuk ketika ia sedang menyerang kota Damaskus. Baldwin segera dapat merebut kembali wilayah-wilayah yang lepas setelah datang bantuan pasukan dari Eropa.

Sepeninggal Sultan Mahmud, tampillah seorang perwira muslirn yang cakap dan gagah pemberani. Ia adalah Imaduddin Zangki, seorang anak dari pejabattinggi Sultan Malik Syah. Atas kecakapannya, ia menerima kepercayaan berkuasa atas kota Wasit dari Sultan Mahmud. Belakangan penguasa Mosul dan Mesopotamia juga berlindung kepadanya. la menerima gelar Attabek dari khalifah di Bagdad. Ia telah mencurahkan kemampuannya dalam upaya mengembalikan kekuatan pemerintahan Saljuk dan menyusun kekuatan militer, sebelum ia mengabdikan diri di kancah peperangan salib.

Masyarakat Aleppo dan Hammah yang menderita di bawah kekuasaan pasukan salib berhasil diselamatkan oleh Imaduddin Zangki setelah berhasil mengalahkan pasukan salib. Tahun berikutnya ia juga berhasil mengusir pasukan salib dari al- Asyarib. Satu-persatu Zangki meraih kemenangan atas pasukan salib, hingga ia merebut wilayah Edessa pada tahun 539 H/1144 M. Dalam pada itu, bangsa Romawi menjalin kekuatan gabungan dengan pasukan Perancis menyerang Buzza. Mereka menangkap dan membunuh perernpuan dan anak-anak yang tidak berdosa. Dari sini mereka melancarkan serangan ke Caesarea. Penguasa negeri ini yakni Abu Asakir nneminta bantuan pasukan Imaduddin Zangki. Zangki segera mengerahkan pasukannya dan ia berhasil mengusir kekuatan Perancis dan Romawi secara memalukan. Wilayah perbatasan di Akra berhasil digrebek hingga menyerah, demikian pula kota Balbek segera ditaklukkan, untuk selanjutnya pendudukan kota Balbek ini dipercayakan kepada komandan Najamuddin, ayah Salahuddin.

Penaklukan Edesa merupakan keberhasilan Zangki yang terhebat. Oleh umat Kristen Edessa merupakan kota yang termulya, karenanya kota ini dijadikan sebagai pusat kepuasan. Dalam penaklukan Edessa, Zangki tidak berlaku kejam terhadap penduduk sebagaimana tindakan pasukan salib. Tidak seorang pun merasakan tajamnya mata pedang Zangki, kecuali pasukan salib yang sedang bertempur yang sebagian besar adalah pasukan Perancis.

Dalam perjalanan penaklukan Kalat Jabir, Zangki terbunuh oleh tentaranya sendiri. Selama ini Zangki adalah seorang patriot sejati yang telah berjuang demi membela tanah airnya. Baginya, “pelana kuda lebih nyaman dan lebih dicintainya dari pada kasur sutra, dan juga suara hiruk-pikuk di medan peperangan terdengar lebih merdu dan lebih dicintainya daripada alunan musik”.

Kepemimpinan Imaduddin Zangki digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin Mahmud. Ia bukan hanya seorang prajurit yang cakap, sekaligus juga ahli hukum, dan juga seorang ilmuan. Pada saat itu umat Kristen Edessa dengan bantuan pasukan Perancis herhasil mengalah pasukan muslim yang bertugas di kota ini dan sekal i gus membanta i nya. N uruddi n segera mengerahkan pasukannya ke Edessa dan berhasil merebutnya kembali Sejumlah pasukan Edessa dan para pengkhianat dihukum dengan mata pedang, sedangkan bangsa Armenia yang bersekutu dengan pasukan salib diusir ke luar negeri Edesa.

Perang Salib 2

Dengan jatuhnya kembali kota Edesa oleh pasukan muslim, tokoh-tokoh Kristen Eropa dilanda rasa cemas. St Bernard segera menyerukan kembali perang salib melawan kekuatan muslim. Seruan tersebut membuka gerakan perang salib kedua dalam sejarah Eropa. Beberapa penguasa Eropa menanggapi poiitif seruan perang suci ini. Kaisar jerman yang bernama Conrad III, dan kaisar perancis yang bernama Louis VII segera mengerahkan pasukannya keAsia. Namun kedua paiukan ini iapat dihancurkan ketika sedang dalam perjalanan menuju Syiria. Dengan sejumlah pasukan yang tersisa mereka berusaha mencapai Antioch, dan dari sisi mereka menuju ke Damaskus.

Pengepungan Damaskus telah berlangsung beberapa hari, ketika Nuruddin tiba di kota ini. Karena terdesak oleh pasukan Nuruddin, pasukan salib segera melarikan diri ke Palestina, sementara Conrad III dan Louis VII kembali ke Eropa dengan tangan hampa. Dengan demikian beiakhirlah babak ke dua perang salib.

Nuruddin segera rnulai memainkan peran baru sebagai sang penakluk. Tidak lama setelah mengalahkan pasukan salib, ia berhasil rnenduduki benteng Xareirna, merebut wilayah perbatasan Apamea pada tahun 544 H/1149 M., dan kota Joscelin. Pendek kata, kota-kota penting pasukan salib berhasil dikuasainya. la segera menyambut baik permohonan masyarakat Damaskus dalam perjuangan melawan penguasa Damaskus yang menindas. Keberhasilan Nuruddin menaklukkan koia damaskus membuat sang khalifah di Bagdad brerkenan rnemberinya gelar kehormatan “al-Malik al- ’Adil”.

Ketika itu Mesir sedang dilanda perselisihan intern dinasti Fatimiyah. Shawar, seorang perdana menteri Fatimiyah., dilepaskan dari jabatannya oleh gerakan rahasia. Nuruddin mengirimkan pasukannya di bawah pimpinan komandan Syirkuh. Namun ternyata Shawar justru memerangi Syirkuh berkat bantuan pasukan perancis hingga berhasil rnenduduki Mesir.

Pada tahun 563 H/1167 M. Syirkuh berusaha datang kembali ke Mesir. Shawar pun segera rneminta bantuan raja Yerusalem yang bernama Amauri. Gabungan pasukan Shawar dan Amauri ditaklukkan secara mutlak oleh pasukan Syirkuh dalam peperangan di Balbain. Antara mereka terjadi perundingan yang melahirkan beberapa kesepakatan: bahwa Syirkuh bersedia kembali ke Damaskus dengan imbalan 50.000 keping emas, Amauri harus menarik pasukannya dari Mesir. Namun Amauri tidak bersedia meninggalkan Kairo, sehingga perjanjian tersebut batal secara otomatis. Bahkan mereka menindas rakyat.

Atas permintaan khalifah Mesir Syirkuh diperintahkan oleh Nuruddin agar segera menuju ke Mesir. Masyarakat Mesir dan sang khalifah menyambut hangat kedatangan Syirkuh dan pasukannya, dan akhirnya Syirkuh ditunjuk sebagai perdana menteri. Dua bulan sesudah penundukan ini, Syirkuh meninggal dunia, kedudukannya digantikan oleh kemenakannya yang bernama Salahuddin. Ketika kondisi politik dinasti Fatimiyah semakin melemah, Salahuddin al-Ayyubi segera memulihkan otoritas Khalifah Abbasiyah di Mesir, dan setelah dinasti Fatimiyah hancur Salahuddin menjadi penguasa Mesir (570-590 H/1174-1193 M).

Salahuddin, putra Najamuddin Ayyub, lahir di Takrit pada tahun 432 H/1137 M. Ayahnya adalah pejabat kepercayaan pada masa lmaduddin Zangki dan masa Nuruddin. Salahuddin adalah seorang letnan pada masa Nuruddin, dan telah berhasil mengkonsolidasikan masyarakat Mesir, Nubia, Hijaz dan Yaman.

Sultan Malik Syah yang menggantikan Nuruddin adalah raja yang masih berusia belia, sehingga amir-amirnya saling berebut pengaruh yang menyebabkan timbulnya krisis poiitik internal. Kondisi demikian ini memudahkan bagi pasukan salib untuk menyerang Damaskus dan menundukkannya. Setelah beberapa lama tampillah Salahuddin berjuang mengamankan Damaskus dari pendudukan pasukan salib.

Lantaran hasutan Gumusytag, sang sultan belia Malik Syah menaruh kemarahan terhadap sikap Salahuddin ini sehingga menimbulkan konflik antara keduanya. Sultan Malik Syah menghasut masyarakat Alleppo berperang melawan Salahuddin. Kekuatan Malik Syah di Alleppo dikalahkan oleh pasukan Salahuddin. Merasa.tidak ada pilihan lain, Sultan Malik Syah rneminta bantuan pasukan salib. Semenjak kemenangan melawan pasukan salib di Aleppo ini, terbukalah jalan lernpang bagi tugas dan perjuangan Salahuddin di masa-masa mendatang hingga ia berhasil mencapai kedudukan sultan. Semenjak tahun 575H/1182M, kesultanan Saljuk di pusat mengakui kedudukan Salahuddin sebagai sultan atas seluruh wilayah Asia Barat.

Sementara itu Baldwin III menggantikan kedudukan ayahnya, Amaury. Baldwin III mengkhianati perjanjian genjatan senjata antara kekuatan muslim dengan pasukan Salib-Kristen. Bahkan pada tahun 582H/11 86 M. Penguasa wilayah Kara yang bernama Reginald mengadakan penyerbuan terhadap kabilah muslim yang sedang melintasi benteng pertahanannya. Salahuddin segera mengerahkan pasukannya di bawah pimpinan Ali untuk mengepung Kara dan selanjutnya menuju Galilee untuk menghadapi pasukan Perancis. Pada tanggal 3 Juli 1187 M. kedua pasukan bertempur di daerah Hittin, di mana pihak pasukan Kristen mengalami kekalahan. Ribuan pasukan mereka terbunuh, sedang tokoh-tokoh militer mereka ditawan. Sultan Salahuddin selanjutnya merebut benteng pertahanan Tiberia. Kota Acre, Naplus, Jericho, Ramla, Caesarea, Asrul Jaffra, Beyrut, dan sejumlah kota-kota lainnya satu persatu jatuh dalanr kekuasaan Sultan Salahuddin.

Selanjutnya Salahudin memusatkan perhatiannya untuk menyerang Yerusalem, di mana ribuan rakyat muslim dibantai oleh pasukan Salib-Kristen. Setelah mendekati kota ini, Salahuddin segera menyampaikan perintah agar seluruh pasukan Salib-Kristen Yerusalem menyerah. Perintah tersebut sama sekali tidak dihiraukan, sehingga Salahuddin bersumpah untuk membalas dendam atas pembantaian ribuan warga muslim. Setelah beberapa larna terjadi pengepungan, pasukan salib kehilangan semangat tempurnya dan memohon kemurahan hati sang sultan. Jiwa sang sultan terlalu lembut dan penyayang untuk melaksanakan sumpah dan dendamnya, sehingga ia pun memaafkan mereka. Bangsa Romawi dan warga Syria-Kristen diberi hidup dan diizinkan tinggal di Yerusalem dengan hak-hak warga negara secara penuh. Bangsa Perancis dan bangsa-bangsa Latin diberi hak meninggalkan Palestina dengan membayar uang tebusan 10 dinar setiap orang dewasa, dan 1 dinar untuk setiap anak-anak. Jika tidak bersedia mereka dijadikan sebagai budak. Namun peraturan seperti ini tidak diterapkan oleh sang sultan secara kaku. Salahuddin berkenan melepaskan ribuan tawanan tanpa tebusan sepeser pun, bahkan ia mengeluarkan hartanya sendiri untuk menrbantu menebus sejumlah tawanan. Salahuddin juga membagi-bagikan sedekah kepada ribuan masyarakat Kristen yang miskin dan lemah sebagai bekal perjalanan mereka pulang. Ia menyadari betapa pasukan Salib-Kristen telah membantai ribuan rnasyarakat muslim yang tidak berdosa, namun suara hatinya yang lembut tidak tega untuk melampiaskan dendam terhadap pasukan Kristen.

Pada sisi lainnya Salahuddin juga membina ikatan persaudaraan antara warga Kristen dengan warga muslim, dengan memberikan hak-hak warga Kristen sama persis dengan hak-hak warga muslim di Yerusalem. Sikap Salahuddin demikian ini membuat umat Kristen di negeri-negeri lain ingin sekali tinggal di wilayah kekuasaan sang sultan ini. “sejumlah warga Kristen yang meninggalkan Yerusalem menuju Antioch ditolak dan bahkan dicaci maki oleh raja Bahemond. Mereka lalu menuju ke negeri Arab di mana kedatangan mereka disambut dengan baik”, kata Mill. Perlakuan baik pasukan muslim terhadap umat Kristen ini sungguh tidak ada bandingannya sepanjang sejarah dunia. Padahal sebelumnya, pasukan Salib-Kristen telah berbuat kejam, menyiksa dan menyakiti warga muslim.

Perang Salib 3

Jatuhnya Yerusalem dalam kekuasaan Salahuddin menimbulkan keprihatinan besar kalangan tokoh-tokoh Kristen. Seluruh penguasa negeri Kristen di Eropa berusaha menggerakkan pasukan salib lagi. Ribuan pasukan Kristen berbondong-bondong menuju Tyre untuk berjuang mengembalikan prestis kekuatan mereka yang telah hilang. Menyambut seruan kalangan gereja, maka kaisar Jerman yang bernama Frederick Barbarosa, Philip August, kaisar Perancis yang bernama Richard, beberapa pembesar kristen rnembentuk gabungan pasukan salib. Dalam hal ini seorang ahli sejarah menyatakan bahwa Perancis mengerahkan seluruh pasukannya baik pasukan darat maupun pasukan lar.rtnya. Bahkan wanita-wanita Kristen turut ambil bagian dalam peperangan ini. Setelah seluruh kekuatan salib berkumpul di Tyre, mereka segera bergerak mengepung Acre.

Salahuddin segera menyusun strategi untuk menghadapi pasukan salib. Ia menetapkan strategi bertahan di dalam negeri dengan mengabaikan saran para Amir untuk melakukan pertahanan di luar wilayah Acre. ”Demikianlah Salahuddin mengambil sikap yang kurang tepat dengan memutuskan pandangannya sendiri’” ungkap salah seorang ahli sejarah. Jadi Salahuddin mestilah berperang untuk menyelamatkan wilayahnya setelah pasukan Perancis tiba di Acre.

Pada tanggal 14 September 1189 M. Salahuddin terdesak oleh pasukan salib, namun kemenakannya yang bernama Taqiyuddin berhasil mengusir pasukan salib dari posisinya dan mengembalikan hubungan dengan Acre. Dalam hal ini Ibn al-Athir menyatakan, “pasukan muslim mesti melanjutkan peperangan hingga malam hari sehingga mereka berhasil mencapai sasaran penyerangan. Namun setelah mendesak separuh kekuatan Perancis, pasukan muslim kembali dilemahkan pada hari berikutnya.

Kota Acre kembali terkepung selama hampir dua tahun. Sekalipun pasukan rnuslim menghadapi situasi yang serba sulit selama pengepungan ini, namun mereka tidak patah semangat. Segala upaya pertahanan pasukan muslim semakin tidak membawa hasil, bahkan mereka merasa frustasi ketika Richard dan Philip August tiba dengan kekuatan pasukan salib yang maha besar. Sultan Salahuddin merasa kepayahan menghadapi peperangan ini, sementara itu pasukan muslim dilanda wabah penyakit dan kelaparan. Masytub, seorang komandan Salauhuddin akhirnya mengajukan tawaran damai dengan kesediaan atas beberapa persyaratan sebagaimana yang pernah diberikan kepada pasukan Kristen sewaktu penaklukan Yerusalem dahulu. Namun sang raja yang tidak mengenal balas budi ini sedikit pun tidak memberi belas kasih terhadap ummat muslim. la membantai pasukan muslirn secara kejam.

Setelah berhasil menundukkan Acre, pasukan salib bergerak menuju Ascalon dipimpin oleh Jenderal Richard. Bersamaan dengan itu Salahuddin sedang mengarahkan operasi pasukannya dan tiba d i fucalon I e6l h awil. Ketika tiba di Ascalon, Richard mendapatkan kota ini telah dikuasai oleh pasukan Salahuddin. Merasa tidak berdaya mengepung kota ini, Richard mengirimkan delegasi perdamaian menghadap Salahuddin. Setelah berlangsung perdebatan yang kritis, akhirnya sang sultan bersedia menerirna tawaran damai tersebut. ”Antar pihak Muslim dan pihak pasukan salib menyatakan bahwa wilayah kedua belah pihak saling tidak rnenyerang dan menjamin keamanan masing-masing, dan bahwa warga negara kedua belah pihak dapat saling keluar masuk ke wilayah lainnya tanpa, gangguan apa pun”. Jadi perjanjian damai yang menghasilkan kesepakatan di atas mengakhiri perang salib ke tiga.

Setelah keberangkatan Jenderal Richard, Salahuddin masih tetap tinggal di Yerusalem dalam beberapa lama. Ia kemudian kembali ke Damaskus untuk menghabiskan sisa hidupnya. Perjalanan panjang yang meletihkan ini mengganggu kesehatan sultan dan akhirnya ia meninggal enam bulan setelah tercapai perdamaian, yakni pada tahun 1193 M. Seorang penulis berkata, “Hari kematian Salahuddin merupakan musibah bagi islam dan ummat lslam, sungguh tidak ada duka yang melanda mereka setelah kematian empat khalifah pertarna yang melebihi duka atas kematian Sultan Salahuddin”.

Salahuddin bukan hanya seorang Prajurit, ia juga seorang yang mahir dalam bidang pendidikan dan pengetahuan. Berbagai penulis berkarya di istananya” Penulis yang ternama di antara mereka adalah Imaduddin, sedang hakim yang termasyhur adalah al-Hakkari. Sultan Salahuddin mendirikan berbagai lembaga pendidikan seperti madrasah, perguruan, dan juga mendirikan sejumiah rumah sakit di wilayah kekuasaannya.

Perang Salib 4

Dua tahun setelah kematian Salahuddin berkobar perang salib keempat atas inisiatif Paus Celestine III. Namun sesungguhnya peperangan antara pasukan muslim dengan pasukan Kristen telah berakhir dengan usianya perang salib ketiga. Sehingga peperangan berikutnya tidak banyak dikenal. Pada tahun 1195 M. pasukan salib menundukkan Sicilia, kemudian terjadi dua kali penyerangan terhadap Syria. Pasukan kristen ini mendarat di pantai Phoenecia dan menduduki Beirut. Anak Salahuddin yang bernama al-Adil segera rnenghalau pasukan salib. la selanjutnya menyerang kota perlindungan pasukan salib. Mereka kemudian mencari tempat perlindungan ke Tibinim, lantaran semakin kuatnya tekanan dari pasukan muslim, pihak salib akhirnya menempuh inisiatif damai. Sebuah perundingan menghasilkan kesepakatan pada tahun 1198M, bahwa peperangan ini harus dihentikan selama tiga tahun.

Perang Salib 5

Belum genap mencapai tiga tahun, Kaisar Innocent III menyatakan secara tegas berkobarnya perang salib ke lima setelah berhasil rnenyusun kekuatan miliier. Jenderal Richard di lnggris menolak keras untuk bergabung dalam pasukan salib ini, sedang mayoritas penguasa Eropa lainnya menyarnbut gembira seruan perang tersebut. Pada kesempatan ini pasukan salib yang bergerak menuju Syria tiba-tiba mereka membelokkan geiakannya menuju Konstantinopel. Begitu tiba di kota ini, mereka membantai ribuan bangsa romawi baik laki-laki maupun perempuan secara bengis dan kejam. pembantai ini berlangsung dalam beberapa hari. Jadi pasukan muslim sama sekali tidak mengalami kerugian karena tidak terlibat dalam peristiwa ini.

Perang Salib 6

Pada tahun 613 H/1216M, Innocent III mengobarkan propaganda perang salib ke enam. 250.000 pasukan salib, mayoritas Jerman, mendarat di Syria. Mereka terserang wabah penyakit di wilayah pantai Syria hingga kekuatan pasukan tinggal tersisa sebagian. Mereka kemudian bergerak menuju Mesir dan kemudian mengepung kota Dimyat. Dari 70.000 personil, pasukan salib berkurang lagi hingga tinggal 3.000 pasukan yang tahan dari serangkaian wabah penyakit. Bersamaan dengin ini, datang tambahan pasukan yang berasal dari perancis yang bergerak menuju Kairo. Narnun akibat serangan pasukan muslim yang terus-menerus, mereka men jadi terdesak dan terpaksa rnenempuh jalan damai. Antara keduanya tercapai kesepakatan damai dengan syarat bahwa pasukan salib harus segera meninggalkan kota Dimyat.

Perang Salib 7

Untuk mengatasi konflik politik internal, Sultan Kamil mengadakan perundingan kerja sarna dengan seorang jenderal Jerman yang bernarna Frederick. Frederick bersedia membantunya rnenghadapi musuh-musuhnya dari kalangan Bani Ayyub sendiri, sehingga Frederick nyaris menduduki dan sekaligus berkuasa di yerusalem. Yerusalem berada di bawah kekuasaan tentara salib sampai dengan tahun 1244 M., setelah itu kekuasaan salib direbut oleh Malik al-shalih Najamuddi al-Ayyubi atas bantuan pasukan Turki Khawarizmi yang berhasil meiarikan diri dari kekuasaan Jenghis Khan.

Perang Salib 8

Dengan direbutnya kota Yerusalern oleh Malik al- Shalih, pasukan salib kembali menyusun penyerangan terhadap wilayah lslam. Kali ini Louis IX, kaisar perancis, yang memimpin pasukan salib kedelapan. Mereka mendarat di Dirnyat dengan mudah tanpa perlawanan yang beranti. Karena pada saat itu Sultan Malikal-shalih sedang menderita sakit keras sehingga disiplin tentara muslim merosot. Ketika pasukan Louis IX bergerak menuju ke Kairo melalui jalur sungai Nil, mereka mengalami kesulitan lantaran arus sungai mencapai ketinggiannya, dan mereka juga terserang oleh wabah penyakit, sehingga kekuatan salib dengan mudah dapat dihancurkan oleh pasukan Turan Syah, putra Ayyub.

Setelah berakhir perang salib ke delapan ini, pasukan Salib-Kristen berkali-kali berusaha mernbalas kekalahannya, namun selalu mengalami kegagalan.

Akibat Perang Salib

Perang salib yang berlangsung lebih kurang dua abad membawa beberapa akibat yang sangat berarti bagi perjalanan sejarah dunia. Perang salib ini menjadi penghubung bagi bangsa Eropa mengenali dunia lslam secara lebih dekau yang berarti kontak hubungan antara barat dan timur semakin dekat. Kontak hubungan barat-timur ini mengawali terjadinya pertukaran ide antara kedua wilayah tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tata kehidupan masyarakat timur yang”maju menjadi daya dorong pertumbuhan intelektual bangsa barat, yakni Eropa. Hal ini sangat-besar andil dan peranannya dalam meahirkan era renaissance di Eropa.

Pasukan salib merupakan penyebar hasrat bangsa Eropa dalam bidang perdagangan dan perniagaan terhadap bangsa-bangsa timur. Selama ini bangsa barat tidak mengenal kemajuan pemikiran bangsa timur. Maka perang salib ini juga membawa akibat timbulnya kegiatan penyelidikan bangsa Eropa mengenai berbagai seni dan pengetahuan penting dan berbagai penemuan yang teiah dikenali ditimur. Misalnya, kompas kelautan, kincir angin, dan lain-lain, Mereka juga menyelidiki sistem pertanian, dan yang lebih penting adalah mereka rnengenali sistem industri timur yang telah maju. Ketika kembali ke negerinya, Eropa, mereka lantas mendirikan sistem pemasaran barang-barang produk timur. Masyarakat barat semakin menyadari betapa pentingnya produk-produk tersebut. Hal ini menjadikan sernakin pesatnya pertumbuhan kegiatan perdagangan antara timur dan barat. Kegiatan perdagangan ini semakin berkembang pesat seiring dengan kemajuan pelayaran di laut tengah. Namun, pihak muslim yang semula menguasai jalur pelayaran di laut tengah kehilangan supremasinya ketika bangsa-bangsa Eropa menempuh rute pelayaran laut tengah secara bebas.

Runtuhnya DINASTI ABBASIYAH

Ketika itu, selama periode perang salib, panglima dan pasukan muslim telah menunjukkan sikap mereka yang sangat menawan dan bijaksana. Mereka penuh kesabaran dalam berjuang dan gigih dalam pertahanan, pemaaf dan ksatria.

Sementara itu bersamaan dengan periode ini, kekhilafahan Abbasiyah di Bagdad tengah dilanda konflik politik internal. Bahkan ketika kekuasaannya terancam oleh serangan pasukan salib, mereka sama sekali tidak mengambil sikap peduli. Mereka tenang saja di istana Bagdad bermalas-malasan dan boros. Pola kehidupan sang khalifah yang demikian ini berlangsung terus-menerus sampai Bagdad ditundukkan oleh Hulagu Khan, cucu Jenghis Khan. Hulagu dengan sangat mudah menghancurkan kota Bagdad dan membunuh Khalifah Abbasiyah yang terakhir, yakni al-Musta’sim. peristiwa ini terjadi pada tahun 1258 M. yang menandai akhir masa kekuasaan dinasti Abbasiyah.

Dracula mempunyai nama asli Vlad Tepes. Membongkar Sebuah Kebohongan Kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh bentuk penjajahan sejarah yang begitu nyata yang dilakukan Barat. Kalau film Rambo merupakan suatu fiksi yang kemudian direproduksi agar seolah-olah menjadi nyata oleh Barat, maka Dracula merupakan kebalikannya, tokoh nyata yang direproduksi menjadi fiksi. Bermula dari novel buah karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, sosok nyatanya kemudian semakin dikaburkan lewat film-film seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoorof of Dracula (1958), Nosferatu (1922)-yang dibuat ulang pada tahun 1979-dan film-film sejenis yang terus-menerus diproduksi.

Istana Dracula , Transylvania , Romania

Lantas, siapa sebenarnya Dracula itu? Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, sosok Dracula dikupas secara tuntas. Dalam buku ini dipaparkan bahwa Dracula merupakan pangeran Wallachia, keturunan Vlad Dracul. Dalam uraian Hyphatia tersebut sosok Dracula tidak bisa dilepaskan dari menjelang periode akhir Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ottoman-sebagai wakil Islam-dan Kerajaan Honggaria-sebagai wakil Kristen-semakin memanas. Kedua kerajaan tersebut berusaha saling mengalahkan untuk merebutkan wilayah-wilayah yang bias dikuasai, baik yang berada di Eropa maupun Asia. Puncak dari peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel- benteng Kristen-ke dalam penguasaan Kerajaan Turki Ottoman.

Vlad Tepes (Vlad Dracul)

Dalam babakan Perang Salib di atas Dracula merupakan salah satu panglima pasukan Salib. Dalam peran inilah Dracula banyak melakukan pembantaian terhadap umat Islam. Hyphatia memperkirakan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 ribu umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara-yang cara-cara tersebut bisa dikatakan sangat biadab-yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula.

Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, yaitu seseorang ditusuk mulai dari anus dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya dilancipkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dipancangkan sehingga kayu sula menembus hingga perut, kerongkongan, atau kepala. Sebagai gambaran bagaimana situasi ketika penyulaan berlangsung penulis mengutip pemaparan Hyphatia:
“Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulai. Para prajurit melakukan perintah tersebut dengan cekatakan seolah robot yang telah dipogram. Begitu penyulaan dimulai lolong kesakitan dan jerit penderitaan segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam yang malang ini sedang menjemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.”

Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut:
“Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis lagi karena mereka langsung sekarat begitu ujung sula menembus perut mungilnya. Tubuh-tubuh para korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajal.”
Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi karena dua sebab. Pertama, pembantaian yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak bias dilepaskan dari Perang Salib. Negara-negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi pendukung utama pasukan Salib tak mau tercoreng wajahnya. Mereka yang getol mengorek-ngorek pembantaian Hilter dan Pol Pot akan enggan membuka borok mereka sendiri. Hal ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin menang sendiri. Kedua, Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Betapapun kejamnya Dracula maka dia akan selalu dilindungi nama baiknya. Dan, sampai saat ini di Rumania, Dracula masih menjadi pahlawan. Sebagaimana sebagian besar sejarah pahlawan-pahlawan pasti akan diambil sosok superheronya dan dibuang segala kejelekan, kejahatan dan kelemahannya. Guna menutup kedok kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula. Seperti yang telah dipaparkan di atas, baik lewat karya fiksi maupun film, mereka berusaha agar jati diri dari sosok Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui usaha Barat untuk mengubah sosok Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil.

Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari seberapa banyak masyarakat yang mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula. Bila jumlah mereka dihitung bisa dipastikan amatlah sedikit, dan kalaupun mereka mengetahui tentang Dracula bisa dipastikan bahwa penjelasan yang diberikan tidak akan jauh dari penjelasan yang sudah umum selama ini bahwa Dracula merupakan vampir yang haus darah.

Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah umum diketahui bahwa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak bisa dilepaskan dari dua benda, bawang putih dan salib. Konon kabarnya hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan bisa dikalahkan. Menurut Hyphatia pengunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus pahlawan dari musuh mereka-pahlawan dari pihak Islam-dan sekaligus untuk menunjukkan superioritas mereka.

Siapa pahlawan yang berusaha dihapuskan oleh Barat tersebut? Tidak lain Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II). Sang Sultan merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula. Ialah yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun kenyataan ini berusaha dimungkiri oleh Barat.
Sultan Mahmud II

Mereka berusaha agar merekalah yang bisa mengalahkan Dracula. Maka diciptakanlah sebuah fiksi bahwa Dracula hanya bisa dikalahkan oleh salib. Tujuan dari semua ini selain hendak mengaburkan peranan Sultan Mahmud II juga sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling superior, yang bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah. Dan, sekali lagi usaha Barat ini bisa dikatakan berhasil. Selain yang telah dipaparkan di atas, buku “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, juga memuat hal-hal yang
selama tersembunyi sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat secara
luas. Misalnya tentang kuburan Dracula yang sampai saat ini belum terungkap
dengan jelas, keturunan Dracula, macam-macam penyiksaan Dracula dan sepak terjang Dracula yang lainnya.

Sebagai penutup tulisan ini penulis ingin menarik suatu kesimpulan bahwa
suatu penjajahan sejarah tidak kalah berbahayanya dengan bentuk penjajahan
yang lain-politik, ekonomi, budaya, dll. Penjajahan sejarah ini dilakukan
secara halus dan sistematis, yang apabila tidak jeli maka kita akan
terperangkap di dalamnya. Oleh karena itu, sikap kritis terhadap sejarah
merupakan hal yang amat dibutuhkan agar kita tidak terjerat dalam penjajahan sejarah.

Sekiranya buku karya Hyphatia ini-walaupun masih merupakan langkah awal-bisa dijadikan pengingat agar kita selalu kritis terhadap sejarah
karena ternyata penjajahan sejarah itu begitu nyata ada di depan kita.

Pahlawan Islam: Sultan Saladin Panglima Perang Salib
Dia dikenal sebagai raja, panglima perang yang jago strategi, pemimpin umat, dan sekaligus sosok yang santun dan penuh toleransi. Banyak manuskrip yang mencatat “Saladin Sang Raja Mesir” (Saladin, King of Egypt) sebagai simbol kekuasaan Eropa. Namanya tidak bisa dilepaskan dari Sejarah Perang Salib yang membawa kejayaan Islam, namun tanpa menindas kaum Kristiani.

Sultan Saladin lahir dengan nama Salahidun Yusuf Ibn Ayyub di Tikrit, dekat Sungai Tigris dari sebuah keluarga Kurdi. Ia dikirim ke Damaskus, Suriah, untuk menimba ilmu. Selama sepuluh tahun ia berguru pada Nur ad-Din (Nureddin)

Setelah berguru ilmu militer pada pamannya, seorang negarawan Seljuk dan pimpinan pasukan Shirkuh, ia dikirim ke Mesir untuk menghadang perlawanan Kalifah Fatimiyah tahun 1160. Ia sukses dengan misinya yang membuat pamannya duduk sebagai wakil di Mesir pada tahun yang sama.

Saladin memperbaiki perekonomian Mesir, mengorganisasi ulang kekuatan militernya, dan mengikuti anjuran ayahnya untuk tidak memasuki area konflik dengan Nur ad Din. Sepeninggal Nur ad Din, barulah ia mulai serius memerangi kelompok Muslim sempalan dan pembrontak Kristen. Dia bergelar Sultan di Mesir dan menjadi pendiri Dinasti Ayyubi serta mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir.


Khalid ibn Al-Walid ~ Panglima Perang Islam Tak Terkalahkan
Judul
Bahasa
Categories
Hak Cipta
Rating
link eksternal


Khalid ibn al-Walid (592-642 M)

Khalid ibn Al-Walid adalah salah satu jenderal Arab yang sangat dikenal di awal penaklukan Islam Abad ke-7, tercatat akan kemampuan militernya dalam memimpin pasukan-pasukan Muhammad dan dua Khulafaur Rasyidin pertama, Abu Bakr dan Umar ibn Al-Khattab. Karena ia tidak terkalahkan dalam lebih dari seratus pertempurannya melawan Imperium Romawi Timur dan Imperium Persia, ia dihormati sebagai salah satu panglima militer terbaik sepanjang masa.

Ia lahir sekitar tahun 592 M di Makkah. Khalid terlahir sebagai anggota Bani Makhzum, salah satu klan yang berpengaruh di Makkah dan berperan sebagai andalan di bidang militer. Ketika Islam pertama kali tumbuh di Makkah, ia termasuk golongan mayoritas yang sangat memusuhi Muhammad dan para pengikutnya. Ketika umat Islam Makkah berhijrah ke Madinah, beberapa pertempuran besar berlangsung antara pasukan Makkah dan pasukan Madinah. Ia terlibat dalam Pertempuran Uhud dan Pertempuran Khandaq 'Parit'.

Untuk pertama kalinya ia mempertunjukkan keahliannya dalam bertempur pada Pertempuran Uhud. Ia menjadi panglima pasukan kavaleri kuda Makkah. Dalam kondisi pasukan Makkah yang terdesak, Khalid mampu mengubah keadaan menjadi kemenangan Makkah.

Tahun 628 M, Perjanjian Hudaybiyah disepakati. Perjanjian ini adalah perjanjian gencatan senjata antara Makkah dan Madinah. Setelah perjanjian ini, Khalid masuk Islam. Tiga tahun sejak ia masuk Islam, untuk pertama kalinya ia bergabung dalam pasukan Islam dalam pertempuran yang cukup penting, Pertempuran Mu'tah.

Dalam pertempuran ini, ia menjadi prajurit biasa bersama 3.000 pasukan Madinah lainnya menghadapi sekitar 100.000-200.000 pasukan Romawi Timur. Di tengah pertempuran yang berlangsung selama tujuh hari ini, ia ditunjuk untuk menjadi panglima karena tewasnya tiga panglima: Zayd bin Haritsah, Ja'far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Dengan perannya ini, pasukan Madinah bisa bertahan selama tujuh hari.

Ia mengubah posisi pasukan sayap kanan ke sayap kiri dan begitu juga sebaliknya. Ia lalu membariskan seluruh pasukannya dalam barisan yang amat panjang untuk memberikan kesan jumlah pasukannya lebih banyak. Ia juga memerintahkan pasukannya untuk membuat debu dan pasir beterbangan lebih dari yang seharusnya. Strateginya berjalan cukup sukses dengan timbulnya kewas-wasan dalam hati pasukan Romawi karena mengira pasukan Madinah menerima bantuan. Efek ini muncul karena mereka harus berhadapan dengan wajah baru setiap harinya. Khalid lalu dengan lebih mudah agak mengorientasikan pasukannya untuk selalu mundur sedikit demi sedikit. Pasukan Romawi mengira hal ini adalah jebakan untuk membuat mereka masuk ke gurun pasir Arab yang "kejam". Hari ketujuh, perang berakhir dengan mundurnya kedua belah pihak. Dalam pertempuran ini, Khalid mematahkan sembilan pedangnya yang menunjukkan betapa intensifnya pertempuran antar kedua belah pihak. Karena kepemimpinannya dalam pertempuran ini juga, ia dijuluki SayfUllah 'Pedang Allah'.

Di masa Khalifah Abu Bakr, Khalid diutus memimpin 18.000 dalam Perang Islam-Persia. Perang ini diawali oleh Khalid dengan pengiriman surat kepada Hormuz, Gubernur Persia untuk Mesopotamia. Isi suratnya sangat terkenal seperti yang dicantumkan di bawah ini.
"Masuklah dalam Islam dan kalian akan selamat. Atau bayarlah jizyah, dan Kamu serta rakyatmu akan kami lindungi, jika tidak, Kamu akan menjadi bersalah atas konsekuensinya, karena saya akan datang kepada kalian dengan orang-orang yang mencintai kematian sebagaimana kalian mencintai kehidupan."
Pertempuran pun harus dilakukan karena Persia tidak mau takluk begitu saja. Empat pertempuran pertama dimenangkan pasukan Kekhalifahan Islam: Pertempuran Rantai, Pertempuran Sungai, Pertempuran Walaja, dan Pertempuran Ullais. Khalid benar-benar memanfaatkan kelemahan pasukan Persia yang sangat lambat karena beratnya persenjataan dan baju perang mereka. Dalam Pertempuran Rantai, ia "mengerjai" pasukan Hormuz dengan membuat mereka bolak-balik antara Kota Uballa dan Kota Kazima beberapa kali. Akibatnya pasukan Persia kelelahan dan Khalid pun memenangkan pertempuran pertamanya melawan Hormuz. Satu bulan kemudian, Hirah, ibukota Mesopotamia, berhasil direbut dan dalam beberapa bulan berikutnya, seluruh Mesopotamia dikuasai oleh Kekhalifahan Islam.

Setelah tugasnya usai dalam tahap pertama penaklukan Persia, ia diutus untuk memimpin pasukan khalifah di front peperangan di barat, Perang Islam-Romawi Timur. Agustus-November 634 M, Umar ibn Al-Khattab menggantikan Abu Bakr sebagai khalifah dan mengeluarkan keputusan yang mengejutkan dengan menurunkan jabatan sepupunya, Khalid, sebagai panglima tertinggi dalam penaklukan Syams. Tidak ada reaksi negatif dari dirinya. Ia terus bertempur.


Pertempuran Yarmuk pun terjadi dan terjadilah kemenangan yang sangat menentukan dan bersejarah. Dengan membariskan pasukannya sepanjang 18 km, Khalid mengawali perang dengan strategi bertahan dan melakukan serangan balik ketika pertengahan hari. Kondisi ini terus berlangsung selama 4 hari. Pada hari kelima, pasukan Romawi mencoba membuat gencatan senjata, tetapi gagal. Pada hari keenam, Khalid mengubah strateginya menjadi penyerangan efektif. Pasukan Romawi kalah pada hari itu juga. Pertempuran Yarmuk merupakan salah satu dari contoh pertunjukan strategi militer brilian yang sangat langka di mana sejumlah pasukan dengan jumlah jauh lebih kecil mampu bertahan, bahkan menang melawan pasukan yang sangat besar jumlahnya.

Umar sekali lagi mengeluarkan kebijakan yang mengejutkan dengan memberhentikan Khalid secara total dari pasukan. Khalid dianggap terlalu berlebihan dengan memberikan ganjaran 10.000 Dirham untuk seorang penyair yang memuji dirinya. Ini dianggap sebuah pemborosan. Tahun 638 M, Khalid pun kembali ke Madinah dan secara normal agak memprotes pemberhentianny. Namun pada akhirnya, Khalid ibn Al-Walid tetap setia pada pemimpin dan agamanya. Ia menerima keputusan pemberhentiannya.

Khalid menjalani sisa kehidupannya di Kota Emesa, Syams. Ia wafat pada tahun 642 M dalam usia 50 tahun. Salah satu kalimat terakhirnya adalah sebagai berikut.
"... Dan di sini aku mati di atas tempat tidurku seperti domba yang mati. Mudah-mudahan mata orang-orang pengecut tidak akan pernah tidur!"
Pernyataannya ini menunjukkan kekecewaannya karena tidak bisa mencapai kematian di medan pertempuran yang merupakan dambaannya. Kuburannya sekarang menjadi bagian dari Masjid Khalid ibn Al-Walid.

Dalam sebuah narasi, dia memiliki bekas-bekas luka dari sejumlah sabetan pedang, tombak, dan panah hampir di semua bagian tubuhnya selain wajah. Orang-orang yang melihat luka-lukanya akan sulit menerka bagaimana ia bisa selamat dari luka-lukanya itu. Kemahirannya dalam bermain pedang dipertunjukkan dalam beberapa duel dalam pertempurannya. Dalam Pertempuran Rantai di Mesopotamia, ia membunuh Panglima Hormuz dalam duel seru yang disaksikan oleh dua belah pihak. Ia juga sangat mampu memanfaatkan pasukan berkudanya jauh lebih efektif dari musuh-musuhnya.

Rekor tidak terkalahkannya dalam pertempuran membuatnya memperoleh tempat yang hampir sejajar dengan Alexander The Great dan Subutai--salah satu panglima perang Jenghis Khan--. Ia sering sekali menggunakan beberapa taktik perang yang sangat cerdas seperti yang pernah ditulis dalam buku The Art of War karya Tsun Zu. Meskipun wilayah taklukannya tidak seluas taklukan Alexander The Great, ia tetap merupakan panglima perang terbaik di zamannya di samping Eulji Mundeok, panglima Korea yang hidup semasa dengannya.

Satu hal yang mungkin tidak bisa dimiliki oleh panglima perang lainnya adalah sifatnya yang jauh dari keangkuhan dan penuh kemurnian tujuan. Hal ini ditunjukkannya ketika menerima dengan penuh kelapangan dada kebijakan khalifahnya yang menurunkan jabatannya dan bahkan memberhentikannya dari pasukan. Sungguh sangat mungkin baginya memberontak pada khalifah karena pasukannya yang sangat mencintai diri jenderalnya. Ia hanya berkata,
"Saya tidak berperang untuk Umar."
Bahkan yang menjadi kekesalannya ketika diberhentikan bukanlah kekesalannya yang harus kehilangan jabatan, tetapi kekesalan karena tidak bisa lagi berperang membela agamanya dan mencapai cita-citanya untuk mati di medan perang.



Mengungkap Akar Kerusuhan Sampit (1)

Madura Sempat Dua Hari Kuasai Kota



Bahari, Sampit
Kerusuhan Sampit dengan korban ratusan jiwa ternyata hanya bermula
dari
perkelahian siswa SMK di Baamang. Perkelahian itu melibatkan anak
warga
Dayak dan Madura. Perkelahian siswa itulah,
yang kemudian memicu konflik antarkeluarga, antaretnis, hingga
pembantaian
sampai pengusiran puluhan ribu warga Madura.

Anak polah, bapa kepradah. Pepatah Jawa yang berarti anak berbuat,
orang
tua
ikut terlibat ini terjadi atas diri keluarga Matayo. Warga asal Madura
yang
sudah lama tinggal di Baamang, Sampit, ini tak terima
anaknya berkelahi dengan anak warga Dayak. Tapi, keterlibatan Matayo
atas
perkelahian anaknya ini malah memicu kegeraman warga dayak. Lalu,
dibuatlah
perhitungan. Minggu dini hari sekitar pukul 03.00 (18 Februari)
sekelompok
pemuda Dayak menyerang dan membunuh Matayo. Tiga orang anggota
keluarganya
ikut tewas.
Itu versi warga Madura. Versi warga Dayak agak berbeda lagi. Mereka

Itu versi warga Madura. Versi warga Dayak agak berbeda lagi. Mereka
bilang,
ksekusi terhadap Matayo dan keluarganya terjadi karena yang
bersangkutan
sering melakukan tindak kriminal. Warga setempat pun jengkel karena
sering
dirugikan. Hanya empat jam, eksekusi Dayak terhadap Matayo ini
menyebar.
Warga Madura tak bisa menerima. Sejumlah warga pendatang ini lantas

menyatroni ++++++++ Ketua Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak,
Seruyan
Tengah, untuk membalas dendam.
Lengkap dengan berbagai senjata, warga Madura ini minta +++++Iniel
menyerahkan pembunuh Matayo yang bersembunyi di rumahnya. Mereka
mengancam
akan membakar kalau pelaku tidak diserahkan.
Tapi, 39 orang di dalam rumah Iniel tidak keluar. Warga Madura mulai
tidak
sabar. Mereka melemparkan apa saja ke pagar dan kaca rumah. Bahkan,
ada
yang
berusaha membakar rumah. Mendengar ribut-ribut, polisi datang, lalu
mengamankan 39 orang yang ada di rumah Iniel. Sebagian memang mengaku
membunuh Matayo. Tapi, warga Madura tidak puas dan mengarahkan
amarahnya
ke
warga Dayak yang lain. Beberapa rumah warga Dayak dibakar. Nasib
dialami Jihan atau Seyan, seorang purnawirawan TNI AD. Seyan beserta

ketujuh anak dan cucunya yang kabarnya masih kerabat Iniel dibakar
hidup-hidup dalam rumahnya. Sejak hari itu, warga Madura menguasai
Sampit.
Dengan mengacung-acungkan senjata, puluhan warga Madura pawai
keliling
kota. Mereka menggunakan berbagai kendaraan, mulai roda dua sampai
roda
empat.
Mereka tak hanya berpawai. Setiap bertemu warga Dayak, mereka mengejar
dan
membunuhnya. Sedikitnya, sepuluh rumah dibakar. ++++++ Tujuh orang
tewas
saat warga Madura menguasai Sampit.
Bahkan, seorang ibu muda hamil tujuh bulan ikut dibunuh dengan dirobek
perutnya. "Itu fakta," kata Bambang Sakti, tokoh muda Dayak asal
Sungai
Samba.
Situasi itu membuat Sampit Minggu malam mencekam. Listrik padam total.
Pembakaran di perkampungan warga di Jalan Baamang berlangsung
sporadis.
Pengungsi mulai membanjiri gedung pertemuan di depan rumah jabatan
bupati
sampit. Tapi, kemudian dialihkan ke kantor bupati.
Yang mengungsi bukan hanya warga Madura. Juga Dayak dan Cina. Mereka
berdesak-desakan mengungsi. Ini terjadi karena mereka belum tahu betul
siapa
yang menguasai jalanan di Sampit malam itu:
Madura atau Dayak. Di pengungsian, Madura dan Dayak malah rukun.
"Saya
saat
itu ikut mengungsi,’ ujar seorang wartawan lokal. Untuk
menghadang
orang Dayak keluar-masuk Sampit, warga Madura melakukan penjagaan di
pertigaan Desa Bajarum yang mengarah kota Kecamatan Kota Besi.
Penjagaan
juga terjadi di Perenggean, Kecamatan Kuala Kuayan, dan desa-desa
pedalaman
Hilir Mentayan. Selama berpawai itu, warga Madura terus
berteriak-teriak
mencari tokoh Dayak. "Mana Panglima Burung? Mana tokoh Dayak?" tantang
mereka. Tak hanya itu, seorang tokoh Madura melakukan orasi lewat
pengeras
suara, "Sampit akan jadi Sampang kedua, Sampit jadi Sampang Kedua".
Mereka juga memasang spanduk: Selamat datang orang Dayak di kota
Sampang,
Serambi Mekkah. "Spanduk itu yang kami cari sekarang," kata Bambang
Sakti.
Bambang juga bilang telah menemukan sejumlah bom di rumah-rumah warga
Madura. "Ini bukan isapan jempol," tuturnya. Sedikitnya, pasukan Dayak
sudah
menyerahkan 300 bom yang ditemukan di
rumah warga Madura. Begitu juga beberapa pucuk pistol. "Tidak tahu
bagaimana
tindak lanjutnya," jelasnya. Kabarnya, bom-bom itu dirakit di Jawa,
lalu
dikirimkan ke Sampit. Tapi, sumber Jawa Pos menyebutkan, bom rakitan
dibuat
di Sampit. Lalu, didistribusikan ke berbagai warga Madura di
kecamatan.
Mereka bilang bom itu untuk mempertahankan diri jika sewaktu-waktu
diserang
warga Dayak. Tapi, karena bom itu pula, 112 warga Madura di Kecamatann
Perenggean dibantai di lapangan kecamatan. Ini setelah warga Dayak
menemukan
bom di rumah seorang warga Madura.
Melihat aksi penguasaan warga pendatang itu, warga Dayak tak tinggal
iam.
reka lantas membawa bala bantuan pasukan dari Dayak pedalaman. Warga
Dayak
yang tiba lebih dulu melakukan perlawanan sporadis.
Selasa malam (20 Februari), peta kekuatan mulai berbalik. Warga Dayak
pedalaman dari berbagai lokasi daerah aliran sungai (DAS) Mentaya,
seperti
Seuyan, Ratua Pulut, Perenggean, Katingan Hilir, bahkan Barito
berdatangan
ke kota Sampit melalui hilir Sungai Mentaya dekat pelabuhan. Pasukan
Dayak
pedalaman yang rata-rata berusia muda tak lebih 25 tahun membekali
diri
dengan berbagai ilmu kebal. Jumlahnya sekitar sekitar 320 orang.
Pasukan
itu
lalu menyusup ke daerah Baamang dan sekitarnya, pusat permukiman warga
Madura. Meski dalam jumlah kecil, kemampuan bertempur pasukan khusus
Dayak
sangat teruji. Buktinya, mereka mampu memukul balik warga Madura yang
terkosentrasi di berbagai sudut jalan Sampit. Dengan ilmu kebal,
mereka
melawan ribuan warga Madura. Bahkan, mereka sanggup menghadapi bom
yang
banyak digunakan warga Madura. Dalam bentrok terbuka, seorang warga
Madura
melemparkan bom ke arah pasukan Dayak. Tapi, bom dapat ditangkap dan
dilemparkan kembali ke arah kerumunan Madura. Meledak. Puluhan warga
Madura
tewas seketika.
Selain kebal senjata, pasukan Dayak pedalaman tidak mempan ditembak.
Mereka
justru memunguti peluru untuk dikantongi. Karena itu, polisi juga
keder.
Sejak itu, mental Madura pun langsung down.
Strategi yang diterapkan warga Dayak dalam serangan balik cukup jitu.
Selain
>asuk lewat Baamang, sekitar empat perahu penuh pasukan dayak tidak
langsung
merapat ke bibir sungai.
Mereka berhenti di seberang sungai Mentaya. Baru berenang menuju kota
inggir sungai di tepian kota Sampit. Strategi ini untuk menghindari
pengawasan orang Madura. Lantas, secara tiba-tiba, mereka muncul dan
menyerang permukiman Madura.
Madura pun dibuat kocar-kacir. Pasukan Dayak pedalaman terus bergerak
ke
kantong-kantong tokoh Madura. Seperti, Jalan Baamang III, Simpong atau
dikenal Jalan Gatot Subroto, dan S. Parman. Rumah tokoh Ikatan
Keluarga
Madura (Ikama) Haji Marlinggi yang cukup megah di Jalan DI Panjaitan
tak
luput dari sasaran. Banyak pengawal penguasa Pelabuhan Sampit itu yang
terbunuh. Sebagian lari. Sejumlah becak bekas dibakar berserakan di
halaman
rumah yang hancur.
ah tokoh Madura lain seperti Haji Satiman dan Haji Ismail juga
dihancurkan. Tidak terkecuali rumah Mat Nabi yang dikenal sebagai
jagonya
Sampit. Padahal, rumah tokoh-tokoh Madura yang berada di Sampit,
Samuda,
maupun Palangkaraya tergolong cukup mewah. Serangan pasukan inti Dayak
kemudian diikuti warga Dayak lain. Mereka mencari rumah dan warga di
sepanjang kota Sampit. Ratusan warga Madura dibunuh secara
mengenaskan,
lalu
dipenggal kepalanya.
Hari-hari berikutnya gelombang serangan suku Dayak terus berdatangan.
Bahkan, sebelum menyerang, seorang tokoh atau panglima Dayak lebih
dulu
membekali ilmu kebal kepada pasukannya. Karena itu, saat melakukan
serangan, biasanya mereka berada dalam alam bawah sadar.
Uniknya, mereka juga dibekali indera penciuman tajam untuk membedakan
orang
Madura dan non-Madura. "Dari jarak sekitar 200 meter, baunya sudah
tercium,"
++++ ujar
Itu tak berlebihan. Saat ada evakuasi, di tengah jalan seorang warga
Madura
disusupkan. Dia dikelilingi warga non-Madura. Sebelum masuk ke loksi
penampungan, mereka kena sweeping Dayak. Meski orang itu
ada di tengah pengungsi, masih juga tercium dan disuruh turun. Tanpa
ampun,
laki-laki tadi dibantai.
Agar serangan ke perkampungan Madura terkendali, para komando warga
Dayak
menggunakan Hotel Rama sebagai pusat komando penyerangan. Bahkan, di
hotel
itulah pasukan diberi ramuan ilmu kekebalan oleh para panglima. Saat
digerebek, aparat menemukan beberapa kepala manusia. Tapi, para
tokohnya
sempat meloloskan diri. Kini, di depan hotel bertingkat dua itu
dibentangkan
police line.
Berada di atas angin, pasukan Dayak lalu melebarkan serangan ke
berbagai
kota Kecamatan Kotawaringin Timur. Sasaran pertama, Samuda, ibu kota
Kecamatann Mentaya Hilir Selatan, dan Parebok yang banyak dihuni warga
Madura. Samuda dan Parebok jadi sasaran setelah Sampit karena banyak
tokoh
Madura tinggal di daerah itu. Di Parebok juga ada Ponpes Libasu Taqwa.
Ponpes yang diasuh Haji Mat Lurah ini juga dijadikan tempat berlindung
banyak warga Madura.
Warga Madura di kecamatan lain pun tidak lepas dari buruan. Misalnya,
Kuala
Kuayan. Ratusan korban jatuh dengan kepala terpenggal. Kini, warga
Dayak
praktis menguasai hampir seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Kecuali
Pangkalan Bun. Kota ini aman karena hampir tak ada warga Madura yang
tingga
di semua kota kecamatan. Penghuninya, saat itu, banyak yang lari
myelamatkan diri ke hutan, +++++ baik Palangkaraya, Sampit, maupun
Samuda.
..........



+++++++++++++++++++
Sebenarnya, jauh sebelum kasus Sampit mencuat, sekitar 118 kilometer
ke
arah
Palangkaraya, tepatnya di Desa Kerengpangi, Kecamatan Katingan Hilir
terjadi
pembantaian tokoh pemuda Dayak setempat. Namanya, Sendung. Tepatnya,
di
lokalisasi WTS Kerengpangi.
Pada dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB (16 Desember 2000). Sendung
datang
ke lokasi perjudian. Saat itu ,ada tiga warga Madura Mat Sura, Kacung
dan
Mat Suki sedang main judi dadu gurak.
Sebenarnya, antara Sendung dan ketiga warga Madura itu sudah saling
kenal.
Sendung dikenal sebagai tokoh pemuda Dayak yang disegani. Sedangkan
tiga
Madura tadi dikenal sebagai penguasa lokalisasi.
Tiba-tiba, tangan Sendung menyenggol badan Mat Sura. Entah dipengaruhi
minuman atau balas dendam, Mat Sura tidak terima. Cekcok lantas tak
bisa
dihindari. Emil, pemuda Dayak, saat itu berusaha melerai. Tapi, tak
dihiraukan. Mereka tetap saja cek cok. Kacung, salah satu teman Mat
Sura
pulang ke rumah sekitar 75 meter dari lokasi semula untuk mengambil
celurit.
Begitu sampai, tanpa ba bi bu lagi, Kacung membacokan ke tubuh
Sendung.
Sendung yang juga dikenal jagoan berusaha melawan. Tapi, karena
dikoroyok, Sendung pun tersungkur dengan tiga luka bacok. Dada, leher
dan
perut. Sedangkan warga sekitarnya takut melerai. Versi keluarga
Sendung
berbeda. Kepada Jawa Pos, diceritakan bahwa saat itu, Sendung dijemput
beberapa orang ke lokalisasi. Kabarnya, ada judi. Sendung yang selama
ini
getol melarang perjudian dadu gurak di wilayahnya datang. Tapi, Dewi,
istri
Sendung sudah membaca sepertinya ada rekayasa penciptaan suasana agar
ada
bentrokan. "Makanya, begitu warga Madura tersenggol langsung cek cok,"
jelas
salah satu keluarga Sendung.
Esoknya, warga Dayak geger. Mereka pun ramai-ramai mencari tiga warga
Madura
yang membunuh Sendung. Tapi, ketiganya sudah lolos. Untuk melampiaskan
kekesalnya, warga dayak membakari rumah karaoke, tempat perjudian,
warung
makan dan rumah. Saat itu, ada sekitar 16 rumah ludes dilalap api.
Lokalisasi itu sebetulnya milik Akong. Namun, pengelolaannya
sehari-hari
dipercayakan kepada tiga warga Madura tesebut. Kini, Akong melarikan
diri
setelah terjadi insiden itu. Warga makin dongkol karena polisi
>sepertinya
membiarkan pelakunya lolos. Bahkan, mereka mendengar kabar kalau sudah
abur
ke Pulau Madura. Kedongkolan warga Dayak makin memuncak karena itu
bukan
kasus yang pertama.
Setiap kali, ada warga Madura membunuh warga Dayak selalu lolos dan
lari
ke
Madura. Kalau pun masuk bui tidak lama. Kawan atau keluarganya bisa
menebus.
"Makanya, kekesalan warga Dayak sudah memuncak," kata tokoh Dayak
Sabran
Akhmad kepada Jawa Pos.
rengpanggi sebenarnya hanya dusun kecil di tepi jalan raya Tjilik
Riwut,
Palangkaraya Sampit. Tepatnya, di kilometer 99 jalan Cilik Riwut.
Tapi,
setelah ditemukan tambang emas sekitar tahun 1980-an,
dusun yang sepi mulai menggeliat. Warga luar berdatangan mendulang
emas.
Tidak terkecuali warga
Madura. Apalagi, sekitar tahun 1996 Sjamsul Nursalim lewat PT Ampahit
Mas
Perdana membuka pendulangan emas secara besar-besran.
Dusun yang semula tenang menjadi ramai dengan hadirnya pasar, toko,
karaoke,
mini market, bar, yang dilengkapi lokalisasi WTS. Seiring bertambahnya
warga
yang mendulung emas, angka kriminalitas makin meningkat. Tiada hari
tanpa
perkelahian. Umumnya melibatkan warga Dayak dan Madura. Bahkan,
Perengpangi
biasa disebut Texas-nya Kalteng. Pencurian, perkelahian, perampokan,
perebutan tanah adalah hal bisa di Krengpangi.
Terhadap kenyataan itu, aparat keamanan seakan tak berdaya. Jarang
warga
Madura yang ditangkap akibat tindak kriminalnya. "Kekesalan itu
menjadi
terakumulasi hingga menimbulkan dendam kesumat bagi warga Dayak,"
tandas
Sabran.
Prof H.K.M.A Usop, mantan Rektor Universitas Palangkaraya yang kini
sebagai
Ketua Presedium Lembaga Musyawarah Dayak Daerah Kalimantan Tengah
(KPLMDDKT), mengakui kalau banyak pelanggaran, tindakan kriminal yang
merugikan harta dan nyawa orang Dayak.
Sebetulnya, setiap kali terjadi bentrok selalu diakhiri perdamaian.
Tapi,
setiap kali pula warga Madura melanggarnya. Begitu seterusnya. "Paling
tidak
sudah ada 15 kali perdamaian. Tapi, hasilnya sama
selalu dilanggar warga Madura," kata Usop saat pertemuan tokoh
masyarakat
Dayak dengan DPRD Kalteng. Bahkan, saat pembuatan jalan
Palangkaraya-Kasongan terjadi bentrok Dayak-Madura, tepatnya di Bukit
Batu
tahun 1983. Setelah bentrokan reda, dibuatlah perdamaian antara tokoh
Dayak
dengan tokoh Madura. Ada satu poin penting dalam perjanjian itu.
Yakni,
Warga Madura dengan sukarela akan meninggalkan Kalimantan Tengah jika
melakukan pertumpahan darah terhadap warga dayak. Tapi, berkali-kali
ada
pertumpahan darah warga Madura jangankan pergi tapi makin banyak
berdatangan
ke Kalimantan. "Dokumen itu yanh kini sedang kami cari," tambha Usop.
Tragedi pertumpahan darah di Kalimantan terjadi tahun 1967, pasca G 30
S/PKI. Tragedi itu tak lepas dari ekor G 30 SPKI. Saat itu
pemerintahan
Soeharto menuduh Cina di Kalimantan Barat adalah komunis.
Untuk mengenyahkan Cina komunis, Soeharto menggunakan salah satu etnis
Dayak
untuk membunuh Cina yang komunis dan pendukung Pasukan Gerilyawan
Serawak
(PGRS). Korban pun berjatuhan sebanyak 300 orang. Selebihnya, ratusan
ribu
Cina diungsikan. Setelah itu, bentrokan Dayak tidak dengan Cina, tapi
dengan
Madura. Dayak menuding perilaku warga Madura tak terpuji. Suka
kekerasan,
dan sering melakukan tindakan kriminal yang banyak merugikan warga
Dayak.
Bentrokan kecil dan besar antara dayak dan Madura di Kalimantan Tengah
sejak
1983 sudah terhitung 15 kali. Tapi, selalu berakhir perdamaian.
Sebelum
kasus Kerengpangi dan Sampit, bentrokan besar terjadi tahun 1996 dan
1997
di
Sangauleudo di Kalbar maupun Sambas. Dimana dua warga dayak ditusuk
am,pai
sebnayka 2000 warga Madura diungsikan. (bh)
tewas arang Madura. Kerusuhan pun pecah, sedikitnya 1000 korban
tewas.
Dan

'Kuluk,... Kuluk,... Kuluk...',
Esoknya Semua Tanpa Kepala


BOHONG, kalau Gubernur Kalteng Asnawi Agani mengatakan orang Madura
yang
tewas 200 orang, meskipun itu informasi yang datang dari Posko Sampit.
Hal
ini dikatakan sejumlah orang Madura yang ikut naik KRI Teluk Ende 517.
Dalam
pelayaran menyusuri Sungai Mentaya (70 km), ABK dan pengungsi bisa
melihat
puluhan mayat yang mengapung di sepanjang sungai, dan sejumlah
bangunan
rumah warga Madura dan Pasar Sampit/Pasar Ganal yang tinggal temboknya
yang
hangus.
Dikatakan seorang pengungsi yang bekerja di penggergajian kayu, PT
Sempagan
Raya Sampit, Abdul Sari (30), bahwa yang tampak di sungai saja ada
puluhan
yang mengapung dan tersangkut di pinggir. Sementara yang hanyut dan
tenggelam lebih dari 200 warga etnis Madura. "Ini baru yang di sungai,
belum
yang terserak di pinggir sepanjang Jl. Masjid Nur Agung saja tidak
kurang
dari 200 mayat," katanya.
Sementara di Jl. Sampit Pangkalan Bun, saat ini masih banyak mayat
yang
bergelimpangan di tepi jalan. Mayat-mayat itu hanya ditutupi dengan
batu
koral yang dibungkus karung sak. Tidak ada yang menolong untuk
dimakamkan,
kami tidak mungkin untuk melakukan itu. Sedang untuk bisa lolos dari
kejaran
dan tebasan mandau Dayak saja sudah bersyukur.
Abdul Sari juga mengatakan, sekarang pasukan Dayak tidak lagi
membedakan
siapa yang akan dibunuh. Awalnya yang diserang hanya etnis Madura,
tapi
kini
semua pendatang, termasuk orang Jawa, dan Cina. Mereka bukan hanya
ditebas
lehernya saja, tapi juga dipenggal jadi beberapa potong.
Di mata etnis Madura, polisi setempat sudah kehilangan kepercayaannya
lagi.
Mereka (warga etnis Madura) mengaku, siangnya di sweeping dan
senjatanya
disita petugas, dan mereka (petugas) mengatakan, semua sudah aman dan
tidak
ada apa-apa lagi. Maka warga etnis Madura di Jl. Sampit Pangkalan Bun
tenang-tenang saja dan percaya pada petugas. Ternyata malamnya diawali
dengan suara kuluk,... kuluk,... kuluk,... sebentar kemudian pasukan
Dayak
muncul dan membunuhi warga Madura.
Tidak ada yang tersisa, mereka yang menyerah maupun yang lari dibunuh.
Umumnya mereka diserang pada malam hari, ratusan Dayak dengan suara
uluk..., kuluk..., sambung-menyambung muncul dari segala penjuru.
Esoknya
warga etnis Madura mati mengenaskan dengan badan tanpa kepala lagi.
Parebuk
Menurut warga etnis Madura yang ikut KRI Teluk Ende, Sopian (56),
warga
yang
banyak mati dari daerah Parebuk, Semuda. Karena warga Madura yang ada
di
sini tidak menghindar tapi melakukan perlawanan sengit. "Saat ini di
sana
yang tersisa tinggal wanita dan anak-anak," kata Sopian.
Sopian yang datang ke pengungsian dengan jalan menyusuri sungai
engatakan,
dia berjalan sambil sembunyi-sembunyi di antara pohon hutan yang cukup
lebat. Ternyata setelah 7 hari di pengungsian ia hanya melihat
beberapa
warga Madura dari Semuda. Berarti ada sedikitnya 500 orang Madura yang tewas
melawan Dayak di Semuda. "Kalau masih hidup seharusnya perjalanan
mereka
tidak lebih dari satu atau dua hari saja," kata Sopian.
Sopian bersama pengungsi lain yang ada di pengungsian pun mengaku
masih
dibayang-bayangi pasukan suku Dayak. Bahkan ada isu bahwa kamp
pengungsian
di halaman Pemda Sampit akan diserbu oleh Dayak. Hal ini membuat warga
Madura yang ada di pengungsian menjadi resah, di samping mereka sudah
ketakutan, juga mereka sudah tidak memiliki senjata lagi.
Menurut Kilan, sejumlah orang Dayak membawa mayat orang Madura dengan
geledekan keliling kota. Tidak sampai di situ, geledekan yang berisi
orang
Madura ditinggal begitu saja di depan Polres Sampit, Jl. Sudirman.
Kekesalan warga Madura terhadap oknum polisi di Polsek Jl. Ba Amang
Tengah
semakin menjadi, seperti yang diungkapkan oleh Somad yang mendatangi
kantor
Polsek. Ia minta perlindungan setelah dikejar-kejar oleh sekitar 50
Dayak,
Somad minta diantar ke tempat pengungsian. Kapolsek bukannya menolong
tapi
justru memanggil Dayak yang ada di sekitar situ.
Somad mengaku lari ke belakang, dengan melompat lewat pintu belakang
Polsek
ia akhirnya lolos lari ke semak-semak. Ia sempat merangkak sejauh 300
m
sebelum lepas dari kejaran Dayak dan lari ke hutan. Dari hutan ini ia
menyusuri tepian hutan dan akhirnya sampai ke tempat pengungsian. Ia
pun
bersyukur karena bisa ketemu dengan anak istrinya.
Seorang pengungsi, Choiri (40), dari Pasuruan mengatakan, ada
peristiwa
yang
sangat mengenaskan dari daerah Belanti Tanjung Katung, Sampit.
Sebanyak
4
truk pengungsi Parengkuan yang dibawa oleh orang yang mengaku petugas
dengan
mengatakan akan dibawa ke tempat penampungan pengungsi di SMP 2,
akhirnya
dibantai habis Ternyata mereka yang mengaku petugas adalah pasukan dayak
orang Madura disuruh turun dan dibantai. "Jika tiap truk berisi 50
pengungsi
berarti ada 200 pengungsi yang tewas dibantai," kata Choiri.
Choiri mengatakan, yang dibantai itu semuanya wanita dan anak-anak.
egitu
jemputan yang kedua tiba, yang diangkut adalah orang laki-laki dewasa,
justru mereka selamat tidak di tempat pengungsian karena dikawal oleh
Brimob
> dai Jakarta.
Liar
Pengakuan seorang pengungsi, Titin (19), asli Lumajang, yang tinggal
di
Jl.
Pinang 20 Sampit mengatakan, suaminya yang asli Dayak Kapuas yang kini
ikut
pasukan Dayak. Ia menceritakan, suaminya pernah bercerita padanya,
mengapa
orang Dayak menjadi pandai berkelahi dan larinya cepat bagai kijang.
Awalnya suaminya enggan menjadi pasukan Dayak untuk membunuhi orang
Madura.
Tapi karena dihadapkan pada satu di antara dua pilihan, jadi pasukan
atau
mati, terpaksa suaminya memilih jadi pasukan Dayak. Saat itu ia
disuruh
minum cairan yang membuatnya ia menjadi berani, kemudian alisnya
diolesi
dengan minyak yang membuat ia melihat bahwa orang Madura itu berwujud
anjing
dan akhirnya harus diburu dan dibunuh.
Makanya orang Dayak tidak punya takut, tidak punya rasa kasihan, ini
menurut
Titin karena sudah diberi minuman dan olesan minyak tertentu. Sehingga
mereka mirip dengan jaran kepang yang sedang kesurupan, mungkin mereka
kerasukan roh nenek moyangnya dan membunuh sesuai dengan perintah
panglima
perang suku Dayak. (R Dewanto Nusantoro)